Minggu, 25 Juli 2010

32 (TIGA PULUH DUA) ADAB DAN AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA :

1. Berbicaralahkamu kepada kedua orang tuamu dengan adab dan janganlah mengucapkan “Ah” kepada mereka, jangan hardik mereka, berucaplah kepada mereka dengan ucapan yang mulia.

2. Selalu taati mereka berdua di dalam perkara selain maksiat, dan tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalamber maksiat kepada sang Khalik.

3. Lemah lembutlah kepada kedua orangtuamu, janganlah bermuka masam serta memandang mereka dengan pandangan yang sinis.

4. Jagalah nama baik, kemuliaan, serta harta mereka. Janganlah engkau mengambil sesuatu tanpa seizin mereka.

5. Kerjakanlah perkara-perkara yang dapat meringankan beban mereka meskipun tanpa diperintah. Seperti melayani mereka, belanja ke warung, dan pekerjaan rumah lainnya, serta bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu.

6. Bermusyawarahlah dengan mereka berdua dalam seluruh kegiatanmu. Dan berikanlah alasan jika engkau terpaksa menyelisihi pendapat mereka.

7. Penuhi panggilan mereka dengan segera dan disertai wajah yang berseri dan menjawab, “Ya ibu, ya ayah”. Janganlah memanggil dengan nama mereka.

8. Muliakan teman serta kerabat mereka ketika kedua orang tuamu masih hidup, begitu pula setelah mereka telah wafat.

9. Janganlah engkau bantah dan engkau salahkan mereka berdua. Santun dan beradablah ketika menjelaskan yang benar kepada mereka.

10. Janganlah berbuat kasar kepada mereka berdua, jangan pula engkau angkat suaramu kepada mereka. Diamlah ketika mereka sedang berbicara, beradablah ketika bersama mereka. Janganlah engkau berteriak kepada salah seorang saudaramu sebagai bentuk penghormatan kepada mereka berdua.

11. Bersegeralah menemui keduanya jika mereka mengunjungimu, dan ciumlah kepala mereka.

12. Bantulah ibumu di rumah. Dan jangan pula engkau menunda membantu pekerjaan ibumu.

13. Janganlah engkau pergi jika mereka berdua tidak mengizinkan meskipun itu untuk perkara yang penting. Apabila kondisinya darurat maka berikanlah alasan ini kepada mereka dan janganlah putus komunikasi dengan mereka.

14. Janganlah masuk menemui mereka tanpa izin terlebih dahulu, apalagi di waktu tidur dan istirahat mereka.

15. Jika engkau kecanduan merokok, maka janganlah merokok di hadapan mereka.

16. Jangan makan dulu sebelum mereka makan, muliakanlah mereka dalam (menyajikan) makanan dan minuman.

17. Janganlah engkau berdusta kepada mereka dan jangan mencela mereka jika mereka mengerjakan perbuatan yang tidak engkau sukai.

18. Jangan engkau utamakan istri dan anakmu di atas mereka. Mintalah keridhaan mereka berdua sebelum melakukan sesuatu karena ridha Allah tergantung ridha orang tua. Begitu juga kemurkaan Allah tergantung kemurkaan mereka berdua.

19. Jangan engkau duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka. Jangan engkau julurkan kakimu di hadapan mereka karena sombong.

20. Jangan engkau menyombongkan kedudukanmu di hadapan bapakmu meskipun engkau seorang pejabat besar. Hati-hati, jangan sampai engkau mengingkari kebaikan-kebaikan mereka berdua atau menyakiti mereka walaupun dengan hanya satu kalimat.

21. Jangan pelit dalam memberikan nafkah kepada kedua orang tua sampai mereka mengeluh. Ini merupakan aib bagimu. Engkau juga akan melihat ini terjadi pada anakmu. Sebagaimana engkau memperlakukan orang tuamu, begitu pula engkau akan diperlakukan sebagai orang tua.

22. Banyaklah berkunjung kepada kedua orang tua, dan persembahkan hadiah bagi mereka. Berterima kasihlah atas perawatan mereka serta atas kesulitan yang mereka hadapi. Hendaknya engkau mengambil pelajaran dari kesulitanmu serta deritamu ketika mendidik anak-anakmu.

23. Orang yang paling berhak untuk dimuliakan adalah ibumu, kemudian bapakmu. Dan ketahuilah bahwa surga itu di telapak kaki ibu-ibu kalian.

24. Berhati-hati dari durhaka kepada kedua orang tua serta dari kemurkaan mereka. Engkau akan celaka dunia akhirat. Anak-anakmu nanti akan memperlakukanmu sama seperti engkau memperlakukan kedua orangtuamu.

25. Jika engkau meminta sesuatu kepada kedua orang tuamu, mintalah dengan lembut dan berterima kasihlah jika mereka memberikannya. Dan maafkanlah mereka jika mereka tidak memberimu. Janganlah banyak meminta kepada mereka karena hal itu akan memberatkan mereka berdua.

26. Jika engkau mampu mencukupi rezeki mereka maka cukupilah, dan bahagiakanlah kedua orangtuamu.

27. Sesungguhnya orang tuamu punya hak atas dirimu. Begitu pula pasanganmu (suami/istri) memiliki hak atas dirimu. Maka penuhilah haknya masing-masing. Berusahalah untuk menyatukan hak tersebut apabila saling berbenturan. Berikanlah hadiah bagi tiap-tiap pihak secara diam-diam.

28. Jika kedua orang tuamu bermusuhan dengan istrimu maka jadilah engkau sebagai penengah. Dan pahamkan kepada istrimu bahwa engkau berada dipihaknya jika dia benar, namun engkau terpaksa melakukannya karena menginginkan ridha kedua orang tuamu.

29. Jika engkau berselisih dengan kedua orang tuamu di dalam masalah pernikahan atau perceraian, maka hendaknya kalian berhukum kepada syari’at karena syari’atlah sebaik-baiknya pertolongan bagi kalian.

30. Doa kedua orang itu mustajab baik dalam kebaikan maupun doa kejelekan. Maka berhati-hatilah dari doa kejelekan mereka atas dirimu.

31. Beradablah yang baik kepada orang-orang. Siapa yang mencela orang lain maka orang tersebut akan kembali mencelanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela kedua orangtuanya dengan cara dia mencela bapaknya orang lain, maka orang tersebut balas mencela bapaknya. Dia mencela ibu seseorang, maka orang tersebut balas mencela ibunya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

32. Kunjungilahmereka disaat mereka hidup dan ziarahilah ketika mereka telah wafat. Bershadaqahlah atas nama mereka dan banyaklah berdoa bagi mereka berdua dengan mengucapkan, “Wahai Rabb-ku ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Wahai Rabb-ku, rahmatilah mereka berdua sebagaimana mereka telah merawatku ketika kecil”. (*)

Selasa, 06 Juli 2010

ADAB DAN TATA CARA BERPAKAIAN

Allah -Ta’ala- berfirman :
“ Wahai bani Adam, telah kami turunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi auratkalian dan juga perhiasan. Sedangkan pakaian takwa , demikian itu lebih baik. Demikian itu adalah salah satu dari ayat-ayat Allah, agar mereka mau mengingatnya. Wahai Bani Adam, janganlah sampai syaithan menimpakan fitnah kepada kalian sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua orang tua kalian dari surga, dan meninggalkan pakaian mereka berdua sehingga auratnya tersingkap. Sesungguhnya syaithan, dia dan pengikutnya dapat melihat kalian dari tmepat yang kalian tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan para syaithan sebagai wali bagi orang-orang yang tidak beriman “( Al-A’raf : 26 – 27 ).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash radhiallahu ‘anhuma, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : ” Makan, minum, bersedekah dan berpakainlah kalian tanpa berlebih-lebihan dan berbuat kesombongan”.
Di antara adab-adab mengenakan pakaian :

1. Wajibnya Menutup Aurat :

Allah telah memberikan nikmat kepada hamba-hambanya yang mana Allah menutup mereka dengan pakaian yang hakiki, kemudian membimbing mereka kepada pakaian lainnya yang ma’nawi yang lebih besar kedudukannya daripada pakaian yang pertama, Allah Jalla wa ‘Ala :
“ Wahai bani Adam, telah kami turunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi auratkalian dan juga perhiasan. Sedangkan pakaian takwa , demikian itu lebih baik. Demikian itu adalah salah satu dari ayat-ayat Allah, agar mereka mau mengingatnya. Wahai Bani Adam, janganlah sampai syaithan menimpakan fitnah kepada kalian sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua orang tua kalian dari surga, dan meninggalkan pakaian mereka berdua sehingga auratnya tersingkap. Sesungguhnya syaithan, dia dan pengikutnya dapat melihat kalian dari tmepat yang kalian tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan para syaithan sebagai wali bagi orang-orang yang tidak beriman “( Al-A’raf : 26 – 27 ).


Aurat laki-laki yang diperintahkan untuk menutupnya – selain dari suami dan budak perempuannya – mulai dari pusar sampai ke lutut. Dan wanita seluruh badannya adalah aurat – kecuali kepada suaminya – adapun kepada mahramnya maka bagi mereka boleh melihat keapa apa yang selalu nampak seperti wajah, kedua tangan, rambut, leher dan yang semisal dengan hal tersebut, dan aurat wanita bersama anak-anak wanita yang sejenisnya mulai dari pusar sampai ke lutut.

* Haramnya Laki-laki Menyerupai Wanita Dan Wanita Menyerupai Laki-laki :

Pada perkara tersebut adanya ancaman yang keras dan laknat dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : ” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallammelaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” dan di dalam lafazh yang lain : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang berperilaku layaknya wanita dan wanita yang berperilaku layaknya laki-laki. Dan berkata keluarkanlah mereka dari rumah-rumah kalian.”

Dan penyerupaan kadang ada pada cara berpakaian, cara berbicara dan terkadang pada cara berjalan dan yang semisalnya. Maka kapan saja seorang laki-laki mengerjakan apa yang merupakan kekhususan wanita di dalam cara berjalan, cara berbicara atau cara memakai pakaian maka dia telah masuk di dalam laknat, atau kapan saja seorang wanita mengerjakan apa yang merupakan kekhususan laki-laki di dalam cara berjalan, cara berbicara atau cara berpakaian maka dia telah masuk dalam laknat tersebut.

* Disunnahkan Menampakkan Adanya Pemberian Nikmat Dari Allah Dalam Berpakaian Dan Yang Selainnya :

Disunnahkan bagi orang yang Allah berikan harta agar menampakkan adanya pengaruh nikmat Allah atasnya dengan memakai pakaian yang indah tanpa adanya sikap berlebih-lebihan dan sikap sombong, dan janganlah ia terlalu menekan dirinya sendiri atau berlaku kikir dengan hartanya, bahkan hendaknya dia memakai pakaian yang baru lagi indah dan bersih untuk menampakkan adanya nikmat Allah atasnya.

* Haramnya Menyeret Kain Dengan Kesombongan :

Allah mengancam kepada orang yang menyeret pakaiannya karena kesombongan dan merasa lebih tinggi dari yang lain bahwa Allah tidak akan melihat kepada mereka pada hari dimana dia sangat dibutuhkan Rabb semesta alam.
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah tidak akan melihat kepada orang yang menyeret kain sarungnya karena sombong di hari kiamat”.

* Haramnya Pakaian Syuhroh (agar menjadi terkenal karena pakaian tersebut) :


Pakaian syuhrah bukanlah khusus dengan nilainya yang berharga tinggi, bahkan setiap pakaian – walaupun rendah nilainya – akan tetapi menghantarkan kepada syuhrah, dan tujuan orang yang memakainya agar menjadi terkenal diantara manusia maka dia adalah pakaian syuhrah, sebagaimana seseorang yang memakai pakaian yang kumuh dan compang-camping agar manusia meyakini ada padanya sifat zuhud dan wara’, dan yang semisalnya.

* Haramnya Emas Dan Sutra bagi Laki-laki Kecuali Ada Udzur :


Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : “ Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengambil kain sutra dan menjadikannya di sebelah kanannya, dan mengambil emas dan menjadikannya di sebelah kirinya kemudian beliau bersabda : “ Sesungguhnya kedua benda ini haram atas laki-laki dari ummatku”.

* Sunnah Memendekkan Pakaian Untuk Laki-laki dan Memanjangkan Pakaian Perempuan :

Syariat Nabi Muhammad membedakan antara pakaian laki-laki dan dan pakaian perempuan dalam perkara panjang dan pendek. Syariat membatasi bagi laki-laki apa yang ada antara pertengahan betisnya sampai apa yang ada di atas kedua mata kaki, dan mengharuskan bagi perempuan untuk menutup kedua kakinya dan tidak ada suatupun yang nampak darinya, dan yang demikian itu karena badan perempuan atau satu bagian darinya adalah fitnah bagi laki-laki maka mereka diperintahkan untuk menutup seluruhnya. Sedangkan laki-laki mereka diperintahkan untuk mengangkat pakaian mereka, agar sifat sombong dan ‘ujub serta angkuh tidak masuk ke dalam hati mereka. Dimana menjulurkan pakaian terkandung kesenangan dan sikap bermewah-mewah yang tidak sesuai dengan tabiat laki-laki.
Yang mengherankan, mayoritas manusia menyelisihi sunnah dan memutar balikkan perkara, laki-laki memperpanjang pakaian mereka sampai pakaian mereka menyeret tanah bahkan menyapunya, dan wanita memperpendek pakaian mereka maka nampaklah betis mereka. Bahkan diantara mereka ada yang melampaui batas tersebut.

* Haramnya Wanita Menampakkan Perhiasannya Kecuali Kepada Mereka Yang Allah Kecualikan :

Perhiasan wanita terbagi menjadi dua, perhiasan yang nampak ataukah yang bathin, Allah ta’ala berfirman :
“ Dan katakanlah – wahai Muhammad – kepada kaum mukminaat, agar supaya mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka. Dan agar mereka tidak menampakkan perhiasan mereka kecuali perhiasan yang nampak. Dan hendaknya mereka menjulurkan jilbab mereka diatas pakaian mereka. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka atau kepada orang tua mereka atau kepada bapak-bapak suami mereka atau kepada anak-anak laki-laki mereka … “ (An-Nur : 31)
Firman Allah : “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang nampak dari mereka” yaitu pakaian yang nampak yang berlaku di dalam adat kebiasaan yang seringkali mereka kenakan, apabila pakaian tersebut bukan pakaian yang akan menyebabkan timbulnya fitnah.

Kemudian Allah ta’ala berfirman : ( An-Nuur : 31) “Dan janganlah mereka memukul dengan kaki-kaki mereka agar diketahui perhiasan mereka yang tersembunyi “. Yaitu :Janganlah mereka memukulkan ke tanah dengan kaki-kaki mereka, agar berbunyi apa yang ada pada mereka dari perhiasan, seperti gelang-gelang kaki dan selainnya, sehingga diketahui perhiasan yang dimilikinya, sehingga menjadi wasilah/perantara kepada fitnah.

* Haramnya Memakai Pakaian Yang Ada Padanya Shalban Atau Gambar :

Maksud kata Shalban adalah apa yang ada padanya gambar salib, dan maksud gambar disini adalah gambar bernyawa. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingkari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anha ketika Aisyah membuatkan bantal yang bergambar sesuatu yang bernyawa untuk beliau.
Dari Al-Qasim dari Aisyah radhiallahu ‘anha : “Bahwa Aisyah membeli bantal yang ada padanya gambar-gambar, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di pintu dan tidak masuk, maka aku (Aisyah) berkata : “Saya bertaubat kepada Allah dari dosa yang kuperbuat.” Beliau berkata : “ Bantal apa ini?” Aisyah berkata : “Untuk engkau duduk di atasnya dan engkau jadikan bantal ”. Beliau berkata : “Sesungguhnya pembuat bantal ini akan diadzab di hari kiamat, dikatakan kepada mereka hidupkanlah oleh kalian apa yang telah kalian ciptakan, dan sesungguhnya malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada padanya gambar”.

* Termasuk Perkara Sunnah Mendahulukan Bagian Yang Kanan Ketika Memakai Pakaian dan Yang Semisalnya :

Dalil amalan tersebut adalah hadirts Aisyah, Ummul mukminin radhiallahu ‘anha, beliau berkata : ” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai mendahulukan kanan di dalam bersuci, menyisir dan memakai sandal”. Pada lafazh Muslim : ” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallammenyukai mendahulukan kanan di dalam bersendal, menyisir dan bersuci”.

* Sunnah Dalam Memakai Sandal :

Disunnahkan seseorang memasukkan bagian yang kanan terlebih dahulu kemudian bagian yang kiri, dan ketika melepaskan kedua kaki bagian yang kiri terlebih dahulu kemudian yang kanan.
Sunnah itu disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah radhilallahu ‘anhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian memakai sandal hendaknya dia memulai dengan yang kanan, dan apabila dia melepaskannya hendaknya dia mulai dengan yang kiri, hendaknya bagian yang kanan yang pertama yang dipakaikan sandal dan yang terakhir dilepas”.
Dan dimakruhkan bagi seorang muslim untuk berjalan dengan satu sandal Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila tali sandal salah seorang diantara kalian putus maka janganlah ia berjalan dengan memakai satu sandal sampai dia memperbaikinya”.

* Apa Yang Diucapkan ketika Memakai Sesuatu Yang Baru :

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu dia berkata : ” Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemukan pakaian beliau menamakannya dengan nama pakaian tersebut, apakah itu berupa gamis ataukah imamah kemudian mengucapkan : ” Ya Allah milikmulah segala pujian engkaulah yang memakaikan pakaian ini kepadaku, aku memohon kepadamu dari kebaikan pakaian ini dan kebaikan yang dia dibuat karenanya, dan aku berlindung kepadamu dari kejelekan pakaian ini dan kejelekan yang dia dibuat karenanya”.

* Sunnahnya Memakai Pakaian Putih :

Masalah ini dit rangkan didalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ” Pakailah oleh kalian pakaian kalian yang putih karena pakian putih adalah sebaik-baik pakaian kalian, dan kafanilah pada kain putih itu jenazah-jenazah kalian…al-hadits”.

* Bolehnya Memakai Cincin Bagi Laki-laki :

Boleh bagi laki-laki untuk memakai cincin perak bukan cincin emas karena hal itu haram bagi mereka. Dan tempat cincin disunnahkan di jari kelingking berdasarkan hadits Anas radhiallahu ‘anhu dia berkata : ” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah cincin dan beliau berkata : sesungguhnya kami membuat sebuah cincin dan kami ukir padanya sebuah ukiran, hingga seseorang tidak lagi mengukir pada cincin tersebut”.
Anas berkata : Maka sungguh saya melihat kilauannya di jari kelingking beliau”.

* Sunnahnya Memakai Wangi-wangian :

Wangi-wangian termasuk perhiasan yang menentramkan jiwa, dan membangkitkan semangat, dan Rasul kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling wangi.
Anas radhiallahu ‘anhu berkata : “tidaklah saya menyentuh kain sutra dan kain ad-diibaaj yang lebih lembut dari pada telapak tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tidak pula saya pernah mencium bau wangi atau bau semerbak yang lebih wangi dari bau dan semerbak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Dan lafazh pada riwayat Ad-Darimi : “Dan tidak sekalipun saya pernah mencium bau wangi yang lebih wangi dari bau wangi misk beliau dan tidak pula bau wangi yang lainnya”.

* Sunnah Dalam Perkara Menyisir Dan Mencukur Rambut :

Disunnahkan bagi laki-laki untuk menghiasi, membersihkan dan memberi perhatian kepada rambutnya, dan dalil sunnah itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada kami untuk berziarah di rumah kami tiba-tiba beliau melihat laki-laki yang kusut rambutnya, maka beliau berkata : “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menata rambut kepalanya “.
Dan beliau melihat laki-laki yang padanya pakaian yang kotor, maka beliau berkata : “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat mencuci bajunya”.

* Sunnah Bagi Laki-laki Melebatkan Jenggot Dan Memotong Kumis :

Sunnah yang wajib bagi laki-laki adalah melebatkan jenggot dan membiarkannya tumbuh, dan memendekkan kumis dan mencukurnya.
Dan perkara ini bukan perkara yang lapang bagi kita sehingga kita bisa mengamalkannya sesuka kita dan meninggalkannya sesuka kita, bahkan perkara ini adalah perkara yang wajib bagi kita, maka wajib mengamalkan dan ta’at padanya.
Allah ta’ala berfirman :
“ Dan tidaklah pantas bagi seorang mukmin laki-laki dan tidak juga wanita, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara, bagi mereka memilih perkara lainnya bagi mereka. Dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata “(Al-Ahzab : 36 ).

* Sunnah Merubah Warna Uban Dengan Selain Warna Hitam :

Disunnahkan bagi yang rambut kepala dan wajahnya telah beruban untuk merubah warnanya dengan mencat, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya Yahudi dan Nashrani tidak mencat rambut-rambut mereka maka selisihilah mereka”.
Akan tetapi hendaknya warna hitam dijauhi berdasarkan larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari mencat dengan warna tersebut. Pada tahun Futuh Makkah ketika Abu Qahafah didatangkan kepada beliau dan kepala dan jenggotnya putih maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Rubahlah warna rambut ini dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam”.

* Pembahasan Tentang Bercelak :

Bercelak bagi wanita adalah perhiasan, dan bagi laki-laki dan wanita adalah pengobatan yang bermanfaat. Dan orang-orang Arab dahulu menjadikannya sebagi pengobatan dari penyakit radang mata.
Di dalam hadits Ummu ‘Athiyyah radhiallahu ‘anha tentang wanita yang ditinggal mati suaminya mengeluhkan matanya, maka para sahabat menyampaikan hal tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka pun menyebutkan tentang celak yaitu sebagai pengobatan untuknya.

* Perhiasan Apa Saja Yang Haram Atas Wanita :

Allah Subhanahu wa Ta’ala membolehkan bagi wanita untuk menjadikan beberapa perkara sebagai perhiasan/penghias seperti celak, wangi-wangian, daun pacar dan yang semisalnya dari perkara yang wanita itu berhias dengannya. Dan mengharamkan atas mereka beberapa perkara yang wanita jadikan sebagai penghias, dan dia pada hakikatnya tidak sampai merubah ciptaan Allah yang Allah ciptakan atasnya. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata : “Allah melaknat al-wasyimaat, al-muwasysyimaat, al-mutanammishaat, al-mutafallijaat agar terlihat bagus, yang merubah ciptaan Allah. Hal itu sampai kepada seorang perempuan dari bani Asad yang dipanggil dengan Ummu Ya’quub, dia pun datang dan berkata : “Sesungguhnya telah sampai kepada saya bahwa engkau melaknat ini dan itu.” Maka Abdullah bin Mas’ud berkata : “Mengapa saya tidak melaknat orang yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan orang yang ada di dalam kitab Allah.” Maka wanita itu berkata : “Sungguh saya telah membaca ayat-ayat yang ada di antara dua lembaran ini namun saya tidak mendapatkan padanya apa yang kamu katakan.” Abdullah bin Mas’ud berkata : “Apabila kamu membacanya niscaya kamu akan mendapatkannya, tidakkah kamu membaca “ Dan setiap yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi kalian maka ambillah dan setiap yang beliau larang atas kalian maka kalian berhentilah “ ( Al-Hasyr : 7 ).
Wanita itu berkata : Benar. Abdullah bin Mas’ud berkata : sungguh beliau telah melarang hal itu.
Wanita itu berkata : Sungguh aku melihat sangat celaka apa yang mereka lakukan. Abdullah bin Mas’ud berkata : Pergilah dan lihatlah.
Wanita itu pergi dan melihat namun dia belum melihat suatu pun dari hajatnya. Abdullah berkata : Kalaulah dia itu demikian saya tidak menggaulinya” dan lafazh Muslim : “Allah melaknat Al-Wasyimah, Al-Mustausyimah, An-Namishaat, Al-Mutanammishaat, dan Al-Mutafallijaat agar terlihat bagus dengan merubah ciptaan Allah…al-hadits ”


Al-Wasyam (tato) di tangan, yang demikian itu karena wanita menusuk punggung telapak tangannya dan pergelangan tangan dengan jarum atau dengan jarum besar sehingga berbekas padanya, kemudian dia mengisinya dengan celak atau dengan an-nil atau an-niyyil atau dengan an-nu’ur (asap minyak) maka bekasnya menjadi biru atau hijau.

Al-mustausyimah adalah wanita yang meminta tato dari selainnya.

An-namash : mencabut rambut, namasha sya’rahu yanmashahu namshan : yaitu mencabutnya…dan an-namishah : wanita yang menghiasi wanita lainnya dengan an-namash. Dan di dalam hadits : wanita-yang mencabut bulu wajah dan yang dicabutkan dilaknat Allah; Al-Farraa’u berkata : an-namishah adalah yang mencabut rambut dari wajah, dan dari makna ini dikatakan kepada tukang lukis/ukir minmash, karena dia mencabutnya dengan lukisan/ukiran itu, dan al-mutanammishah : yang melakukan hal tersebut dengan dirinya sendiri.

Faljul Asnan : gigi saling berjauhan….rajulun aflaj apabila seorang laki-laki pada gigi-giginya ada yang terpisah, dan ini juga bentuk At-Taflij. (At-Tahdzib) : dan Al-Falj yang ada diantara gigi adalah saling berjauhannya apa yang ada diantara gigi seri dan gigi ruba’iyyah dari asal penciptaannya, dan apa bila salah seorang itu berusaha untuk membuat seperti itu maka itu adalah At-Taflij….dan di dalam al –hadits : sesungguhnya Allah melaknat al-mutafallijat (wanita yang mengukir giginya) untuk membaguskan penampilan : yaitu wanita yang melakukan hal tersebut karena ingin terlihat bagus.

Al-Washilah dari kalangan wanita : yang menyambung rambutnya dengan rambut selainnya, dan al-mustaushilah : wanita yang meminta hal itu dan dia yang melakukan hal itu juga. Dan didalam al-hadits: bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat Al-washilah dan al-mustaushilah. Abu Ubaid berkata : hal ini ada pada rambut, dan yang demikian itu karena wanita menyambung rambutnya dengan rambut selainnya adalah bentuk penipuan/kedustaan

Jumat, 02 Juli 2010

Keteladanan Rasulullah

CONTOH KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW

· Ketika Fathu Makkah, dan Abu Sufyan bertanya kepada Nabi SAW “Apa yang akan diperbuat terhadap kaum kafir Quroisy?.” Beliau hanya menjawab : “Hari ini adalah hari kasih sayang”. Setelah melaksanakan sholat Rosul SAW berkhutbah di depan pintu Ka’bah : “Hai kaum Quroisy, apa yang hendak aku perbuat?”. Mereka menjawab “Yang baik-baik, wahai saudara pemurah, dan anak dari yang pemurah”. Maka Rosul SAW bersabda : “Aku akan berkata seperti ucapan Yusuf kepada saudaranya, “Hari ini tak ada cercaan bagi kalian. Kalian bebas”. Dengan kelembutannya Nabi SAW mengampuni kesalahan-kesalahan orang-orang kafir, padahal sebelumnya mereka sering melakukan teror, siksaan, dan membantai umat Islam.

· Ketika Rosul SAW hijrah ke Thoif, beliau dilakukan semena-mena oleh penduduk Thoif, sehingga badannya penuh dengan luka dan darah. Namun Nabi berdo’a kepada Allah SWT dengan penuh rasa bersalah karena tidak berhasil berdakwah di negri Thoif, dalam do’anya tidak satu katapun yang menyalahi atau mengutuk perlakuan penduduk Thoif terhadap dirinya, beliau hanya memohon ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT. Maka Rosul SAW kembali ke kota Makkah, dan di pertengahan jalan malaikat penjaga gunung minta izin kepada Rosul SAW untuk menjatuhkan dua bukit di sekitar Thoif ke tengah-tengah penduduk yang ingkar itu. Tapi Rosul SAW menjawab : “Jangan, aku berharap anak cucu dari mereka nanti kaum penyembah Allah.” Lalu Nabi berdo’a “Ya ALLAH berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak tahu”. Dengan kelembutannya Nabi SAW memaafkan penduduk Thoif, bahkan Nabi SAW mendo’akan mereka agar diberi hidayah.

· Pada suatu hari di sekitar Baitullah, Nabi SAW dikerubuti dan dipukuli, ditarik ke sana kemari dijadikan seperti mainan. Rambut dan janggutnya ditarik sangat keras sampai tercabut. Kejadian ini didengar oleh Abu Bakar, lalu ia lari menuju Baitullah untuk menolong Nabi SAW. Ketika melihat Nabi diperlakukan seperti mainan, Abu Bakar berteriak: “Celakalah kamu semua! Apakah kalian akan membunuh orang yang berkata ‘Tuhanku hanyalah Allah’ padahal dia datang dengan bukti-bukti yang benar dari Tuhan kalian.” Namun setelah mendengar teriakan Abu Bakar, mereka mengerubuti dan memukuli Abu Bakar serta menarik rambut dan janggutnya, sehingga banyak yang tercabut. Abu Bakar tidak dapat melawan, ia berdiri menutupi Nabi sambil menangis dan mengulang-ulang teriakan seperti tadi. Lalu Nabi SAW berkata : “Biarkanlah mereka hai Abu Bakar!. Dengan kelembutannya Nabi SAW tidak membalas kekejaman orang-orang kafir tersebut.

· Setiap hari Nabi SAW hendak berjalan menuju masjid, beliau selalu diludahi oleh orang kafir. Namun pada suatu hari beliau lewat di jalan yang sama, dan tidak ada yang meludahi beliau seperti hari-hari sebelumnya, maka Nabi SAW bertanya kepada sahabat tentang keberadaan orang yang meludahi dirinya. Setelah diberitahu bahwa orang tersebut sedang sakit, maka beliau menjenguk orang itu dan berdo’a agar Allah memberikan hidayah dan menyembuhkan penyakitnya. Subhanallah, dengan kelembutannya Nabi membalas kejahatan dengan kebaikan.

· Setelah Nabi SAW meninggal dunia, Abu Bakar RA bertanya kepada Aisyah : “Adakah perbuatan Nabi yang belum pernah aku perbuat ?, jika memang ada beritahulah aku.” Maka Aisyah bercerita : “Setiap hari Nabi SAW keluar dengan membawa makanan untuk menyuapi seorang kakek buta yang beragama Yahudi. Dan kakek itu tidak tahu siapa yang menyuapinya sampai saat ini. Setiap Nabi SAW menyuapi sang kakek, terlontar ucapan sinis dari mulut kakek mencaci Nabi Muhammad SAW. Dan Nabi tetap menyuapinya sampai beliau wafat.” Setelah mendengar cerita dari Aisyah, Abu Bakar segera menemui kakek Yahudi itu dan meneruskan perbuatan Rosul SAW, ia memberi makan dan menyuapi sang kakek. Namun si kakek berkata : “Siapakah anda ? makanan yang anda berikan dan cara anda menyuapi berbeda dengan orang yang biasa menyuapi aku sebelumnya.” Abu Bakar menjawab : “Yang biasa memberi engkau makan adalah Nabi Muhammad SAW, dan kini beliau telah tiada.” Setelah mendengar jawaban itu si kakek menangis dan merasa malu, karena yang menyuapi dirinya selama ini adalah Nabi yang selalu dihina dan dicaci olehnya. Maka kakek itu masuk Islam.

Ketika perang Mut’ah melawan orang-orang kafir, Nabi berpesan kepada para sahabat : “Jangan membunuh wanita, anak-anak, orang tua, dan jangan mengganggu pendeta-pendeta yang sedang beribadah, dan jangan merusak pepohonan.” Subhanallah, walaupun dalam keadaan perang, dengan kelembutannya Nabi tetap melindungi orang-orang lemah. Bahkan dalam suatu hadits dijelaskan bahwa Nabi melarang mengganggu orang kafir yang damai.

Akhlak Sufi Rasulullah saw

Bismillahir Rahmanir Rahiim

Allahumma sholi ala Syyaidina Muhammadinni fatihi lima ughliko wal’khotimi lima sabaqo wanasiril haqo bilhaqqi wal’hadi ila shirotikal mustaqiim wa’sholallahu alaiihi wa’ala alihi washobihi haqqo qodrihi wamiqdarihil aziim.

Syyaikh Abu Nashr As-Sarraj

(Menyambut Maulid Nabi saw.)
Syekh Abu Nashr as-Sarraj’ -rahimahullah – berkata: Diriwayatkan dari Rasulullah saw., bahwa beliau pernah bersabda
“Sesungguhnya Allah telah membina mental (akhlak)ku, kemudiain Dia membinanya dengan sangat baik.” (H.r. al-Askari dari Ali r.a.).
Beliau juga bersabda:”Saya adalah orang yang paling tahu di antara kalian tentang Allah dan yang paling takut kepada-Nya.” (H.r. Bukhari-Muslim)

Rasulullah juga bersabda: “Aku disuruh memilih antara menjadi seorang Nabi yang menjabat raja atau menjadi seorang Nabi yang hamba. Kemudian Jibril a.s. memberiku isyarat agar berendah hati. Lalu aku menjawab pilihan itu: Akan tetapi aku lebih memilih menjadi Nabi yang hamba; Dimana suatu hari aku kenyang dan di hari yang lain aku lapar”. (H.r. ath Thabrani dari IbnuAbbas, Baihaqi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

Diriwayatkan pula, bahwa beliau bersabda:”Aku ditawari dunia, namun aku menolaknya.” (H.r. Ibnu Abi ad-Dunya, Ahmad dan ath-Thabrani dari Abu Buwaibiyah).

Beliau juga bersabda: “Andaikan aku memiliki emas sebesar Gunung Uhud niscaya akan aku infakkan demi agama Allah, kecuali sedikit yang aku sisakan untuk menutupi hutang.” (H.r. Bukhari-Muslim dan Ibnu Majah).

Sebagaimana juga diriwayatkan, “Bahwa Rasulullah saw. tidak menyimpan makanan untuk esok hari. Belum pernah sekali menyimpan makanan untuk keluarganya untuk masa satu tahun yang juga beliau persiapkan untuk orang-orang yang datang kepadanya.” (H.r. Bukhari-Muslim dari Umar r.a.).

Juga diriwayatkan, “Bahwa Rasulullah saw. tidak memiliki dua potong baju (gamis), tidak juga makan makanan yang diayak lebih dahulu. Beliau sampai wafat belum pernah sama sekali merasa kenyang dengan roti gandum. Itu dilakukan atas pilihannya sendiri (kondisi normal) dan bukan karena kondisi darurat. Sebab andaikan beliau mau memohon kepada Allah Azza wa Jalla, agar gunung dijadikan-Nya emas dan tidak akan dihisab di hari kiamat, maka Allah akan melakukannya.” (H.r. ath-Thabrani, al-Bazzar dan Bukhari-Muslim).

Dan masih banyak riwayat yang semisal dengan Hadis-hadis di atas.

Diriwayatkan bahwa, Rasulullah saw bersabda kepada Bilal, “Berinfaklah wahai Bilal, dan janganlah engkau khawatir Pemilik Arasy mengurangi hartamu.” (H.r. al-Bazzar, ath-Thabrani al-Qadhai dari Ibnu Mas’ud).

Diriwayatkan, bahwa Barirah pernah menyuguhkan makanan di depan Rasulullah saw., kemudian beliau makan sebagiannya. Kemudian pada malam kedua Barirah datang dengan membawa sisa makanan yang pernah disuguhkan kemarin. Rasulullah kemudian bertanya dan menandaskan, “Apakah engkau tidak takut, jika makanan ini nanti mengepulkan asap dihari Kiamat? Jangan sekali-kali engkau menyimpan makanan untuk esok hari, karena Allah Azza wa jalla akan memberikan makanan setiap hari’.” (H.r. al-Bazzar).

Juga diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. tidak pernah mencacat suatu makanan sama sekali, jika berselera maka beliau makan, Jika tidak maka beliau tinggalkan. Dan setiap kali ditawari dua pilihan tentu beliau memilih yang paling sederhana (ringan). (H.r. Malik, Bukhari-Muslim dan Abu Dawud).

Nabi saw. bukanlah seorang petani, bukan pula seorang pedagang dan juga bukan seorang pembajak tanah.

Dan diantara sikap tawadhu’ (rendah hati) beliau, tercermin pada cara berpakaian dan tindakan tindakan lainnya, dimana beliau mengenakan pakalan dari wool kasar (shiji), memakai sandal yang dijahit dengan benang, mengendarai keledai, memeras susu kambing sendiri, menambal dan menjahit sandalnya sendiri, menambal pakaiannya, beliau tidak merasa malu mengendarai keledai atau dibonceng di belakang. (Periwayatan Hadis ini dilansir dalam lafal yang beragam oleh beberapa ahli Hadis semisal Ibnu Majah al-Hakim, ath-Thabrani dan lain lain, pent.).

Diriwayatkan bahwa Rasulullah tidak suka dengan cara hidup kaya dan sama sekali tidak takut miskin. Dalam hidup yang ditempuh bersama keluarganya, pernah selama satu dan dua bulan tidak mengepulkan asap dapurnya karena tidak ada bahan untuk memasak roti. Makanan utamanya hanyalah dua: kurma dan air. (H.r. Bukhari-Muslim dari Aisyah dan Abu Ya’la dari Abu Hurairah).

Diriwayatkan pula, bahwa istri-istrinya disuruh memilih antara dunia dengan Allah dan Rasul-Nya. Mereka kemudian memilih Allah dan Rasul-Nya. Dalam peristiwa ini turun dua ayat dalam surat al-Ahzab:

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, ‘Jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya aku berikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antara kalian pahala yang besar’.”(Q.s. al Ahzab: 28 9).

Dan di antara doanya ialah: “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah aku bersama golongan orang-orang miskin.” (H.r. Tirmidzi, Ibnu Majah dari Said al Khudri dan athThabrani dari Ubadah bin Shamit. Namun Ibnu al-Jauzi dan Ibnu Taimiyah menganggapnya sebagal Hadis Maudhu’).

Dan di antara doanya pula: “Ya Allah karuniakanlah rezeki kepada keluarga Muhammad makanan pokok yang cukup sehari dalam setiap hari.” (H.r. Bukhari Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Abu Said al-Khudri dalam menerangkan sifat-sifat Rasulullah sebagaimana yang diriwayatkannya: Rasulullah itu mengenakan pakaian wool kasar dan juga mengikat unta, menyiram tanaman, menyapu rumah, menambal sandal, menambal pakaian, memerah susu kambing, makan bersama pembantunya, tak segan-segan menumbuk gandum jika pembantunya letih, tidak malu untuk memanggul barang-barangnya dan pasar ke rumah keluarganya. Beliau juga selalu bersalaman dengan orang-orang kaya dan miskin. Selalu yang pertama (memulai) mengucapkan salam, tidak pernah menolak orang yang mengundangnya, tidak pernah meremehkan hidangan yang disuguhkan sekalipun hanya berupa kurma yang paling jelek.

Beliau sangat lembut perangainya, berwatak mulia, luwes cara bergaulnya, wajahnya berseri-seri, selalu tersenyum dan tidak pernah tertawa berbahak-bahak. Bila sedih tak pernah kelihatan kusut dan cemberut. Rendah hati tanpa harus rendah diri, dermawan tapi tidak boros. Hatinya lembut, selalu tunduk dan diam, pengasih kepada setiap muslim. Tidak pernah besendawa karena kenyang, dan tidak pernah mengulurkan tangannya kepada makanan (yang jauh).

Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah itu lebih dermawan daripada angin yang bertiup secara bebas.” (H.r. Bukhari Muslim).

Rasulullah saw. pernah memberi kambing sebanyak antara dua gunung kepada seseorang. Kemudian orang itu pulang ke kabilah (suku)nya dan berkata, “Sesungguhnya Muhammad memberi kepada seseorang sebagaimana pemberian orang yang tidak pernah khawatir jatuh miskin.” (H.r. Imam Ahmad dan Muslim dari Anas).

Rasulullah bukanlah sosok yang suka berteriak-teriak, tidak juga sosok yang suka berkata kotor dan keji. (H.r. Tirmidzi).

Nabi Muhammad saw. makan di atas tanah, duduk di atas tanah, memakai baju mantel, duduk bersama-sama orang miskin dan berjalan di pasar. Beliau sering kali menjadikan tangannya sebagai bantal, dan mencukur sendiri. Tidak pernah tertawa lebar-lebar, tidak pernah makan sendirian, tidak pernah memukul pembantu (budak)nya sama sekali dan tidak pernah memukul seorang pun dengan tangannya kecuali demi membela agama Allah. Beliau tidak pernah duduk bersila, tidak pernah makan sambil bersandar.

Beliau pernah bersabda, “Aku makan sebagaimana makannya seorang hamba dan aku duduk sebagai mana duduknya seorang hamba.” (H.r. Saad, Abu Ya’la, Ibnu Hibban dan Tirmidzi dari Aisyah)

Diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. pernah mengikat batu di perutnya untuk mengganjal rasa lapar. Padahal andaikan beliau mau memohon kepada Tuhannya untuk menjadikan Gunung Abu Qubais sebagai emas tentu Dia akan mengabulkannya. (H.r. Bukhari-Muslim dari jabir dan Tirmidzi dari Abu Thalhah).

Rasulullah pernah membawa sahabat-sahabatnya ke rumah Abu al-Haitsam bin at-Taihan dengan tanpa diundang. Di sana beliau makan makanannya sendiri dan minum minumannya sendiri. Lalu beliau bersabda kepada para sahabatnya, “Inilah sebagian nikmat yang kalian tanyakan.” (H.r. Malik, Tirmidzi dan Muslim dari Abu Hurairah).

Rasulullah saw. pernah diundang seseorang untuk datang ke rumahnya dengan membawa lima orang sahabatnya. Maka orang keenam tidak boleh masuk kecuali mendapatkan izin tuan rumah. (H.r. Bukhari Muslim dan Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Dalam sebuah Hadis diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. pernah memiliki pakaian gamis (khamishah) yang ada batik atau motifnya. Kemudian pakaian tersebut diberikan kepada Abu Jahm, sembari bersabda, “Hampir saja gambar ini membuatku terlena.” Kemudian beliau meminta pakaian polos tidak bermotif dan kasar (anbjaniyyah) milik Abu Jahm dengan bersabda, “Tolong berikan kepadaku anbijaniyyah Abu Jahm”. (H.r. Bukhari-Muslim).

DICOPY DARI : http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2009/07/22/keutamaan-shalawat

Nasihat Imam Syyaidina Hasan Bin Syyaidina Ali

Bismillaahir Rahmnir Rahiim

1. Segala puji bagi Allah , Dzat yang mendengar pembicaraan orang-orang yang berbicara. Yang mengetahui lintasan hati orang-orang yang diam. Bagi yang hidup Engkau jamin rizkinya. Hanya kepada-Mu, tempat kembalinya orang yang meninggal.

2. Wahai anakku ! Janganlah engkau berteman dengan seseorang, sehingga engkau mengetahui identitas pribadinya. Bila engkau mengetahui dengan pasti dan ternyata layak dijadikan sahabat, maka bersahabatlah atas dasar menyelamatkan dari ketergelinciran dan saling membantu dalam menyelesaikan kesulitan.

3. Sesungguhnya mata yang paling jeli adalah yang dapat menembus asal usul kebaikan dan telinga yang mendengar adalah telinga yang dapat menyadap dan memanfaatkan peringatan, sedang hati yang paling tulus ( selamat ) adalah hati yang bersih dari syubhat ( keragu-raguan ).

4. Beliau as ditanya tentang arti pengecut. Lalu beliau menjawab : Yaitu berani kepada temannya, tetapi takut dari musuh-musuhnya.

5. Ya Allah ! Janganlah Engkau percepat siksa suatu dosa, Tapi berikanlah jalan di antara keduanya untuk bertaubat.

6. Hanya dengan akal dunia dan akhirat dapat di raih.

7. Tidak ada kefakiran seperti kebodohan.

8. Ajarilah manusia tentang bidang ilmu yang kau kuasai. Dan belajarlah dari selainmu, dengan demikian kamu membenahi ilmumu atau justru mendapat ilmu baru yang belum engkau ketahui.

9. Beliau ditanya : Apakah yang dimaksud menjaga harga diri itu ? Beliau menjawab : Yaitu menjaga urusan, agamanya, berjiwa mulia, bersikap lemah lembut, senantiasa berbuat baik dan menunaikan hak-hak ( orang lain ),

10. Aku tidak mengetahui seorang yang zalim ( aniaya ), yang menyerupai seorang yang madzhim ( dianiaya ), seperti ( yang dialami oleh ) seseorang yang hasud.

11. Pokok / puncak ( kesadaran ) akal adalah bergaul dengan sebaik-baik pergaulan.

12. Persaudaraan yang sejati adalah : tetap setia menemani dikala duka / susah suka / gembira.

13. Orang yang rugi ( kepapaan ) adalah yang membiarkan bagianmu berlalu, padahal telah ditawarkan kesempatan kepadamu.

14. Beliau ditanya tentang arti dermawan, Lalu beliau menjawab : “Yaitu yang memberi sebelum diminta”.

15. Perbandingan antara kebenaran dan kebathilan adalah empat jari. Apa yang engkau lihat dengan indramu ( matamu ) itulah kebenaran, dan engkau telah mendengar dengan kedua telingamu betapa banyaknya kebathilan.

16. Jangan kalian memaksa dalam mencari sesuatu. Seperti orang yang ingin selalu menang. Jangan pasrah pada takdir, seperti pasrahnya orang yang menyerah. Karena mencari nafkah itu anjuran agama. Bersikap baik saat mencari rizki termasuk harga diri. Harga diri itu tidak akan menghalangi rizki dan sifat rakus tidak juga menarik rizki.

17. Tidaklah suatu kaum bermusyawarah, kecuali akan mendapat petunjuk kejalan kebaikan mereka.

18. Sabda beliau saat mensifati seorang saudara yang baik : Dia adalah orang yang agung di mataku dan pangkal kekagumanku padanya adalah saat menganggap dunia ini kecil dihadapannya. Dia terlepas dari kungkungan ( tidak berhubungan ) dengan kebodohan dan tidak mengulurkan tangannya kecuali kepada apa yang ia percayai akan memberikan suatu manfaat. Dia tidak suka mengeluh, tidak cepat marah dan tidak cepat murung. Dia lebih suka jadi pendiam namun jika berbicara akan membungkam pembicara yang lain. Dia seakan lemah dan tidak berdaya namun dalam kesungguhan dia laksana singa yang akan menerkam. Bila duduk dengan para ulama dia lebih suka mendengarkan dari pada ikut berbicara. Dan jika dia kalah dalam dialognya, dia menang dalam diamnya.Dia tidak berkata tentang apa yang tidak dilakukannya, atau berbuat sesuatu yang tidak diucapkannya. Dan apabila disodorkan dua masalah yang belum diketahui mana yang lebih dekat dari keridhaan Tuhannya, maka segera dia melihat mana yang lebih dekat kepada hawa nafsunya, lalu ditinggalkannya. Dan dia tidak pernah mencela seseorang yang menyadari kesalahan tingkah lakunya.

19. Dari Junadah bin Abi Umayyah berkata : Ketika Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib as. Sakit yang membawa kepada kematiannya….. aku datang menjenguknya, lalu aku berkata : Wahai tuanku mengapakah anda tidak berobat ? Beliau menjawab : “ Hai Abdullah, dengan apa kematianku harus kuobati “ ? Aku berkata : Inna lillah wa Inna Ilaihi rajiun. ( Kita hanya milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kita kembali ). Lalu beliau as. Menoleh kepadaku dan berkata : Demi Allah, Rasulullah saww, telah memberitahu kita sesungguhnya perkara ini ( imammah ) akan di pegang oleh dua belas Imam dari keturunan Ali da Fathimah. Tidak ada seorang dari kami ( Ahlul bayt ) akan mati melainkan diracun atau terbunuh. Kemudian beliau as. Menangis. Lalu aku berkata kepadanya. Wahai putra Rasulullah , berilah aku nasihat. Beliau menjawab : Baiklah ! . Bersiaplah untuk perjalananmu dan ambillah bekal sebelum tiba ajalmu. Ketahuilah bahwa kau mencari dunia, sedangkan kematian juga mengejarmu. Dan janganlah memikul beban hari yang belum datang kepadamu. Dan ketahuilah bahwa engkau tidak mencari harta yang lebih dari bekal makanmu, kecuali berarti engkau menyimpan untuk orang lain.Sadarlah bahwa harta halal yang kau tumpuk ada hisabnya, dan jika harta itu haram . engkau akan disiksa, sedang jika syubhat ( dalam keraguan ) engkau akan dicela. Maka jadikanlah dunia ini laksana bangkai, Ambillah secukupnya , sehingga jika itu halal maka engkau telah berlaku zuhud dan jika itu haram maka engkau akan terkena celaan yang ringan. Maka kamu mengambil darinya sebagaimana kamu mengambil dari bangkai, berbuatlah untuk suatu urusan duniamu seakan-akan kau akan hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok. Jika engaku ingin perkasa tanpa bantuan orang lain dan ingin karisma tanpa harus jadi sultan ( kekuasaan ) maka tinggalkanlah maksiat kepada Allah dan masuklah dalam lingkaran ketaatan-Nya.

20. Barangsiapa yang cinta kepada dunia akan hilang rasa takut pada akhirat dari hatinya.

21. Orang yang bodoh yaitu yang dungu dalam pengaturan hartanya, yang meremehkan harga dirinya, dan jika dicela tidak membela diri.

22. Kebaikan itu adalah ketika memberi tanpa didahului permintaan dan tidak diikuti oleh ungkitan.

23. Tercela lebih ringan dari pada masuk api neraka.

24. Sesungguhnya seorang mukmin akan berbekal , sedangkan si Kafir hanya akan bersenang-senang.

25. sikap bodoh ( dungu ) itu adalah mengikuti orang-orang rendahan dan berteman dengan orang yang sesat.

26. Antara kalian dengan nasihat ada hijab kemuliaan.

27. Kehancuran manusia ada dalam tiga perkara : kesombongan, ketamakan serta sifat hasad ( dengki ).

28. Kesombongan menyebabkan hancurnya agama dan karenanya iblis dilaknat. Sedang rasa tamak adalah musuhnya jiwa, dan karenanya Adam dikeluarkan dari syurga.Dan hasad ( dengki ) adalah pusat kejelekan yang karenanya Qabil membunuh Habil.

29. Gunakanlah pikiran kalian, karena ia adalah kehidupan yang dengannya hati kalian akan benar-benar hidup.

30. Tidak akan bersopan santun orang yang tidak berakal. Dan tidak akan berharga orang yang tidak bersemangat.Serta tidak akan malu orang yang tidak beragama.

31. Sebaik-baik kekayaan adalah : qama’ah ( rasa cukup ) ,dan seburuk-buruk kemiskinan adalah merendahkan diri.

32. Banyak bercanda akan menghilangkan kewibawaan. Dan kebanyakan orang yang berwibawa adalah yang pendiam.

33. Kesempatan itu cepat hilangnya dan lambat untuk terulang lagi.

34. Kerabat adalah orang yang didekatkan rasa cinta, walau ia jatuh dari sisi nasabnya.

35. ( Kamu akan ) tercela , ketika kamu tidak mensyukuri nikmat.

36. Gaulilah manusia dengan sesuatu yang kau ingin diperlakukan oleh orang lain sepertinya..

37. Barang siapa yang sering ke mesjid akan mendapatkan salah satu dari delapan perkara : 1. ayat Al-Quran 2. Teman yang berfaedah 3. Ilmu yang bermanfaat 4. Rahmat yang menunggunya. 5. Kalimat yang menunjukinya ke jalan kebenaran 6. Atau yang mencegahnya dari kemungkaran 7. Akan meninggalkan dosa karena malu 8. Atau karena takut ( kepada Allah SWT ).

38. Aku heran kepada orang yang hanya memikirkan perutnya ( makanannya ) namun ia tidak memikirkan akalnya. Lalu menjauhkan apa yang mengganggu perutnya, namaun ia membiarkan sesuatu yang dapat menjerumuskannya ( ke dalam neraka ).

39. Jika pekerjaan sunnah mengganggu kewajiban maka tinggalkanlah.

40. Katakanlah bahwa siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Ia akan menjadikan baginya jalan keluar dari fitnah. akan meluruskan setiap perkaranya, akan menyiapkan baginya jalan kebaikan, akan menguatkan hujjahnya atas lawan-lawannya, memutihkan wajahnya, dan akan menuruti keinginannya bersama orang-orang yang telah Allah berikan nikmat atas mereka seperti para nabi, para siddiqin dan para syuhada serta shalihin.

tibil-qulub

Ya Allah, berilah rahmat ke atas penghulu kami, nabi Muhammad saw, yang dengan berkat baginda, engkau menyembuhkan hati, menjadi penawar dan menyehatkan tubuh juga memberi kesembuhan penyakit, serta mengaruniakan cahaya penglihatan. Dan karuniakanlah rahmat keberkatan dan kesejahteraan keatas keluarga dan sahabat baginda Nabi saw

FADILAH DAN KEUTAMAAN BERSHOLAWAT

Fadilah (keutamaan) bershalawat atas nabi sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran bahwa Allah Swt. dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat atas Nabi Muhammad Saw., seperti terlihat dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersha-lawat untuk Nabi… .” (QS.33:56).

Penggalan ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. melimpahkan rahmat bagi Nabi Muhammad Saw. dan para malaikat memintakan ampunan bagi Nabi Muhammad Saw. Karena itu, pada lanjutan ayat tersebut, Allah Swt. menyuruh orang-orang mukmin supaya bershalawat dan memberi shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.: “…Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Untuk mengetahui keutamaan apakah yang diperoleh orang-orang yang bershalawat, baiklah kita perhatikan maksud-maksud hadis yang di bawah lni.
Bersabda Nabi Saw.


Artinya: “Barangsiapa bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya sepuluh kali.” (HR. Muslim dari Abû Hurairah).


Artinya: “Bahwasanya bagi Allah Tuhan semesta alam ada beberapa malaikat yang diperintah berjalan di muka bumi untuk memperhatikan keadaan hamba-Nya. Mereka me-nyampaikan kepadaku (sabda Nabi) akan segala salam yang diucapkan oleh ummatku.” (HR. Ahmad. Al-Nasâ’i dan Al-Darimî).

Artinya: “Barangsiapa bershalawat untukku dipagi hari sepuluh kali dan di petang hari sepuluh kali, mendapatlah ia syafa’atku pada hari qiamat.” (HR. Al-Thabrânî)


Artinya: “Manusia yang paling utama terhadap diriku pada hari qiamat, ialah manusia yang paling banyak bershalawat untukku.” (HR. Al-Turmudzî).


Artinya: “Jibril telah datang kepadaku dan berkata: ‘Tidakkah engkau ridha (merasa puas) wahai Muhammad, bahwasanya tak seorang pun dari umatmu bershalawat untukmu satu kali, kecuali aku akan bershalawat untuknya sebanyak sepuluh kali? Dan tak seorang pun dari umatmu mengucapkan salam kepadamu, kecuali aku akan meng-ucapkan salam kepadanya sebanyak sepuluh kali?! (HR. Al-Nasâ’i dan Ibn Hibban, dari Abû Thalhah).

Sabda Rasulullah Saw. yang Artinya: “Barangsiapa -ketika mendengar azan dan iqamat mengucapkan: “Allâhumma Rabba Hâdzih al-Da’wât al-Tâmmah, wa al-Shalât al-Qâ’imati, shalli ‘alâ muhammadin ‘abdika wa Rasûlika, wa A’tihi al-Washîlata wa al-Fadhîlata, wa al-Darâjata al-Râfi’ata, wa al-Syafâ’ata yawm al-Qiyâmati (Artinya: “Ya Allah, ya Tuhannya seruan yang sempurna ini, serta shalat yang segera didirikan ini, limpahkanlah shalawat untuk Muhammad, hamba dan rasul-Mu. Dan berilah ia wasilah dan fadilah serta derajat yang amat tinggi dan (izin untuk) bersyafaat pada hari Kiamat)…, maka (bagi siapa yang mengucapkan doa tersebut) niscaya akan beroleh syafaatku kelak.”
Al-Ghazali didalam kitabnya Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn menceritakan seorang dari mereka (seorang dari kalangan ulama, sufi, ahli ibadah dsb.) pernah berkata: “Sementara aku menulis (catatan tentang) beberapa hadis, aku selalu mengiringinya dengan menuliskan shalawat untuk Nabi Saw., tanpa melengkapinya dengan salam untuk beliau. Malamnya aku berjumpa dengan beliau dalam mimpi, dan beliau berkata kepadaku: ‘Tidakkah sebaiknya engkau melengkapi shalawatmu untukku dalam bukumu itu?’ Maka sejak itu, tak pernah aku mengucapkan shalawat kecuali melengkapinya dengan ucapan salam untuk beliau.”

Diriwayatkan dari Abû Al-Hasan, katanya: “Aku pernah berjumpa dengan Nabi Saw. dalam mimpi, lalu kukatakan kepada beliau: ‘Ya Rasulullah, apa kiranya ganjaran bagi Al-Syâfi’i, ketika ia bershalawat untukmu dalam kitabnya: Al-Risâlah dengan ungkapan: ‘Semoga Allah bershalawat atas Muhammad setiap kali ia disebut oleh para penyebut, dan setiap kali sebutan tentangnya dilalaikan oleh para pelalai?’ Maka Nabi Saw. menjawab: ‘Karena ucapannya itu, ia dibebaskan dari keharusan menghadapi perhitungan (hisab pada hari Kiamat).’”

Dalam kitab yang sama (Ihya) Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa sesungguhnya berlipatganda-nya pahala shalawat atas Nabi Saw. adalah karena shalawat itu bukan hanya mengandung satu kebaikan saja, melainkan mengandung banyak kebaikan, sebab di dalamnya ter-cakup :

1. Pembaharuan iman kepada Allah.
2. Pembaharuan iman kepada Rasul.
3. Pengagungan terhadap Rasul.
4. Dengan inayah Allah, memohon kemuliaan baginya.
5. Pembaharuan iman kepada Hari Akhir dan berbagai kemuliaan.
6. Dzikrullah.
7. Menyebut orang-orang yang shalih.
8. Menampakkan kasih sayang kepada mereka.
9. Bersungguh-sungguh dan tadharru’ dalam berdoa.
10. Pengakuan bahwa seluruh urusan itu berada dalam kekuasaan Allah

Masih banyak keutamaan-keutamaan bagi orang-orang yang melakukan atau membaca shalawat atas Nabi. Namun penyusun hanya menukil beberapa hadis dan qawl (perkataan) ulama.
Adapun faedah atau manfaat bershalawat atas Nabi Muhammad Saw. sebagaimana dijelaskan hadis-hadis di atas terdapat sembilan belas perkara, yakni:

1. Memperoleh curahan rahmat dan kebajikan dari pada Allah Swt.;
2. Menghasilkan kebaikan, meninggikan derajat dan menghapuskan kejahatan;
3. Memperoleh pengakuan kesempurnaan iman, apabila kita membacanya 100 Kali;
4. Menjauhkan kerugian, penyesalan dan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang shalih;
5. Mendekatkan diri kepada Allah;
6. Memperoleh pahala seperti pahala memerdekakan budak;
7. Menghasilkan syafa’at;
8. Memperoleh penyertaan dari Malaikat rahmah;
9. Memperoleh hubungan yang rapat dengan Nabi; Seseorang yang bershashalawat dan bersalam kepada Nabi, shalawat dan salamnya itu disampaikan kepada Nabi;
10. Membuka kesempatan berbicara dengan Nabi Saw.;
11. Menghilangkan kesusahan, kegundahan dan meluaskan rezeki;
12. Melapangkan dada. Apabila seseorang membaca shalawat 100 kali, maka Allah akan melapangkan dadanya dan memberikan penerangan yang sinar seminarnya ke dalam hatinya;
13. Menghapuskan dosa. Apabila seseorang membaca dengan tetap tiga kali setiap hari, maka Allah akan menghapuskan dosanya;
14. Menggantikan shadaqah bagi orang yang tidak sanggup bershadaqah;
15. Melipatgandakan pahala yang diperoleh. Apabila seseorang bershalawat di hari Jumat, maka Tuhan akan memberikan kepadanya pahala yang berlipat ganda;
16. Mendekatkan kedudukan kepada Rasulullah di hari qiamat. Menyebabkan doa bisa diterima oleh Allah.
17. Menyebabkan doa bisa diterima oleh Allah;
18. Melepaskan diri dari kebingungan di hari qiamat. Apabila seseorang meninggalkan shalawat kepada Nabi, maka ia akan menghadapi kebingungan dan kekacauan di hari mahsyar.

DICOPY DARI : http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2009/07/22/keutamaan-shalawat

Rabu, 23 Juni 2010

MAULID BUKAN UNTUK NYEMBAH NABI MUHAMMAD


Datangnya bulan Rabi’ul Awwal selalu identik dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Peringatan Maulid sendiri pertama kali digelar pada tahun 1187 M atas prakarsa Sultan Shalahuddin al Ayyubi, Mesir (1138 - 1193),
dengan maksud untuk membangkitkan semangat jihad kaum Muslim merebut kembali Yerussalem dari kekuasaan pasukan Salib.

Pada tahun 1185 M, ketika menunaikan ibadah haji, Shalahuddin menyerukan perlunya membangkitkan semangat jihad tersebut. Untuk itu, beliau membuka sayembara menulis riwayat Rasululllah SAW dalam untaian puisi, yang kemudian dimenangkan oleh Syaikh Ja’far bin Abdul Karim al Barzanji. Dan syair sang iman itu berperan penting dalam usaha pembebasan kota Yerussalem.

Hingga kini, tradisi peringatan itu pun tetap berjalan termasuk di Indonesia. Di berbagai tempat, umat Islam sibuk mempersiapkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dari yang akan menggelar acara besar-besaran dan berdurasi panjang seperti perayaan tradisional Sekaten di Solo dan Yogya, sampai pengajian kecil-kecilan di rumah.

Dari yang diikuti ribuan jemaah seperti Maulidan di kediaman para habib terkemuka, sampai yang cuma diikuti belasan orang di langgar kecil di kampung-kampung. Meski bentuk acaranya beragam, ada satu mata acara yang sama di berbagai tempat: pembacaan Maulid Nabi. Setiap daerah mempunyai bacaan Maulid favorit masing-masing.

Di komunitas habaib, misalnya, yang biasa dibaca ialah Simthud Durat; karya Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Sementara kalangan pesantren tradisional di Jawa Timur lebih akrab dengan Maulid Ad-Diba’i karya Syaikh Ali bin Abdurrahman Ad-Diba’i Az-Zubaidi. Maulid yang sama juga dibaca oleh sebagian habib di Sampang, Madura.

Lain lagi tradisi di sebagian pesisir utara Jawa. Di sana, kalangan pesantren dan majelis ta’lim kaum ibu menggemari pembacaan Maulid Barzanji, yang digubah oleh Syaikh Ja’far bin Abdul Karim Al-Barzanji. Ada juga komunitas habaib yang membaca Maulid Burdah, karya Imam Al-Bushiri, seperti di Kauman, Semarang. Selain membaca Al-Barzanji, sebagian warga Betawi juga ada yang membaca Maulid Azabi, karya Syaikh Ahmad Al-Azabi. Belakangan, di beberapa tempat juga dibaca Maulid Adh-Dhiyaul karya Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz.

Rata-rata, pembacanya alumnus Ma’had Darul Musthafa, Tarim, Hadhramaut, Yaman, yang memang diasuh oleh sang penggubah Maulid kontemporer tersebut.

Pembacaan Maulid Nabi SAW memang salah satu khazanah kebudayaan Islam yang luar biasa. Keindahan gaya bahasa karya para ulama ahli sastra yang terdiri dari natsar (prosa) dan nazham (langgam qashidah) itu, bak rangkaian ratna mutu manikam. Ungkapan-ungkapannya yang cantik menawan, tak jarang menghanyutkan perasaan pembaca dan pendengarnya dalam samudera kecintaan kepada Rasulullah SAW.

Tak mengherankan, dalam pembacaan Maulid tersebut kerap kali dijumpai hadirin yang tersedu-sedu menangis karena terharu. Dan tak jarang, linangan air mata itu juga dibarengi histeria kerinduan kepada sang Nabi Akhir Zaman tersebut. Pengaruh psikologis yang dahsyat inilah yang dulu diharapkan oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, Mesir (1138-1 1 93 M), saat pertama kali mencetuskan penyelenggaraan pembacaan Maulid Nabi pada tahun 1187 M sehingga dapat menggugah kembali kesadaran semangat umat Islam. Upaya memelihara semangat dan ghirah keislaman itu jugalah yang akan ditonjolkan para ulama Nusantara saat memperkenalkan dan melestarikan perayaan Maulid Nabi.

Dalam kitab Al-Hawi Fatawi, Imam Suyuthi menulis, “Sesungguhnya kelahiran Rasululluh SAW merupakan nikmat teragung yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita, dan wafatnya beliau adalah musibah terbesar bagi kita. Syariat telah memerintahkan kita untuk menampakkan rasa syukur atas nikmat yang kita peroleh, dan bersabar serta tenang dalam menghadapi musibah. Syariat juga memerintahkan kita untuk melakukan aqiqah bagi bayi yang lahir, sebagai perwujudan rasa syukur. Namun, ketika kematian tiba, syariat tidak memerintahkan untuk menyembelih kambing atau hewan lain. Bahkan syariat melarang untuk meratapi mayat dan menampakkan keluh kesah.”

Dalam suatu riwayat, Sayyidina Abbas pernah menyampaikan bait-bait syair pujian di hadapan Nabi SAW dan sejumlah sahabat. Diriwayatkan bahwa usai Perang Tabuk, Sayidina ‘Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi, menemui Rasulullah SAW, yang juga kemenakannya, ia berkata, “Aku ingin mengucapkan syair pujian bagimu.”

Namun Nabi, yang memang enggan dipuji, berkata, “Semoga Allah menjaga gigimu dari kerontokan.”
Lalu Sayidina ‘Abbas melantunkan syair yang menceritakan perjalanan hidup Nabi sejak sebelum lahir hingga saat kelahirannya:

Sebelum terlahir ke dunia
engkau hidup senang di surga
Ketika aurat tertutup dedaunan
engkau tersimpan di tempat aman
Kemudian engkau turun ke bumi
Bukan sebagai manusia
segumpal darah maupun daging
tapi nutfah di perahu Nuh
Ketika banjir menenggelamkan semuanya
anak-cucu Adam beserta keluarganya
engkau pindah dari sulbi ke rahim
dari satu generasi ke generasi
Hingga kemuliaan dan kehormatanmu
berlabuh di nasab terbaik
yang mengalahkan semua bangsawan
Ketika engkau lahir, bumi bersinar
cakrawala bermandikan cahayamu
Kami pun berjalan di tengah cahaya
sinar dan jalan yang penuh petunjuk

Pujian yang melambung bagi Rasulullah SAW, yang memang sudah selayaknya, mengingat akhlaq beliau yang mulia, sosok kepribadian beliau yang luar biasa sebagai contoh teladan yang baik (uswatun hasanah). Memang, Rasulullah SAW pernah melarang umatnya menyanjung dan memuja beliau secara berlebihan. Tapi, larangan itu dalam konteks yang berbeda.

Dalam sebuah hadits shahih beliau bersabda, “Janganlah kalian memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba -ya, maka ucapkanlah, ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’.” (HR Bukhari dan Ahmad).

Mengenai hadits tersebut, para ulama menjelaskan dalam beberapa kitab bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah melarang umatnya memuji beliau. Yang beliau larang ialah pujian yang berlebihan, sebagaimana yang dilakukan oleh umat Nasrani kepada Nabi Isa AS, yaitu menempatkan beliau sebagai “anak Tuhan”. Inilah jenis pujian yang dilarang oleh Rasulullah SAW, dan inilah yang dimaksud dengan pujian yang berlebih-lebihan tersebut.

Dan terbukti, sejak hadits tersebut diucapkan hingga kini, tak seorang pun mereka yang memuji Rasulullah SAW melebihi batasannya sebagai manusia. Dan tak seorang pun yang menuhankan beliau. Bahkan, semua pujian yang indah dan berbahasa sastra belum seberapa dibanding pujian Allah dalam Al-Quran.

Wallahu a’lam

Sumber http://infokito.net/syair-pujian-peringatan-maulid-nabi-muhammad-saw/